Rabu, 26 September 2007

Ketika Kekuasaan Membius

Harapan masyarakat terhadap institusi yang memilki keterpihakan terhadap masyarakat yang selama ini dicurahkan tidak kunjung terealisi. Adanya sistem baru setelah menghampir lebih dari enam dekade perjalanan kehidupan negeri ini namun belum juga mampu memenuhi harapan yang selama ini terpendam akan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam penentuan massa depan negeri ini yang ada kesamaran.
Harapan yang besar (bahkan saking besarnya) masyarakat akan adanya perubahan menuju arah yang baik pada sistem baru (reformasi) setelah tumbangnya rezim orde baru belum terpenuhi, bahkan saking banyak dan besarnya harapan sampai dijadikan sebagai kolah penampungan harapan-harapan tersebut, tidak hanya itu saja sistem yang baru pertama kali diterapkan ( pada pemilu 2004) ini juga dijadikan sebagai cermin bagi penerapan Demokrasi sejati. Yang diharapkan mampu membawa perubahan yang lebih baik sebagai mana yang dimandatkan dan diamanahkan oleh undang-undang.
Perlu dicatat dan dipahami bahwa, dari dulu hingga sekarang belum mampu didapati pemimpin yang benar-benar ngerti dan loyal terhadap sistem, hingga kondisi itu menimbulkan kejenuhan pada masyarakat, karena para pemimpin hanya mengobral janji yang tidak pasti, karena masyarakat semua saat ini yang dibutuhkan adalah bukti pasti.
Kondisi ini terjadi diakibatkan belum adanya pemimpin yang benar-benar menerima jabatan sebagai amanah, justru yang ada dianggap sebagi ladang basah, sehingga perbaikan disemua lini kehidupan tidak dapat terfikirkan, maka dari itu jangan pernah disalahkan jika pemilik demokrasi (rakyat) tidak percaya pda pemerintah.
Mungkin kita bisa mengingat falsafah orang arab yang mengatakan “man ‘azza bazza” siapa yang kuat pasti jahat. Tapi benar atau tidak kembali pada masing-masing kita, namun pada kajian yang telah dilakukan oleh para ahli falsafah ini bukan hanya omong kosong, sejarah panjang perjalan manusia menapki fitroh kholifah fil ardl membuktikan. Orang yang mulanya baik bisa berubah jahat ketika berkuasa, orang yang biasanya tawadhu’ ujuk-ujuk angkuh dan orang yang santun bisa jadi tiran saat memerintah
Mari kita sejenak melihat kebenaran falasafah orang arab tersebut, dimana kekuasaan mampu membius nurani kita. Adalah thalut beliau sebenarnya dalah orang yang salih dan mulia, keberhasilanya menumbangkan tirani jalut terukir dengan tinta emas, tidak itu saja kesuksesanya juga diabadikan oleh Alloh SWT dalam Al-quran. Kepahlawan thalut menjadi legenda di zamanya bahkan sampai sekarang karena thalut bukan hanya sekedar pemimpin pemerintah tapi juga tokoh yang penuh dengan kharisma. Dia dihormati, dipuji dan disanjung oleh rakyatnya.
Amun, keberhasilan thalut dalam menumbangkan jalut bukan karena keberhasilanya sendiri dibalik itu semua sebenarnya ada peran yang penting yang patut mmendapat penghargaan juga, yaitu peran daud. Dia adalah pemuda yang sangat pemberani, dialah sesungguhnya yang paling berjasa, karena ditanganya lah kekuasan jalut yng tiran hancur, dengan bermodalkan ketapel dan beberapa butiran besi yang sudah diolah kekuasaan jalut dapat dihancurkan.
Daud muda tidak hanya pemberani tapi beliu adalah figur pemimpin masa depan, bakat kepemimpinanya sangat menonjol hingga thalut sendiri tertarika padanya. Itulah sebabnya membuat Thalut menawarkan puterinya untuk diperisteri daud, daud pun tidak menolak, tawaran itu diterima denagn besar hati. Sejak itulah daud muda resmi menjadi menatu thalut ( Syeh Muhammad bin Ahmad bin Iyas “Badi’ul Zuhur” hlm. 167).
Seiring sang waktu usia thalut-pun semakin senja. Pada saat seperti inilah seharusnya thalut mempersiapkan kader untuk menggantikanya, namun justru malah sebaliknya, usia boleh senja tapi kekuasaan jangan sampai lepas dari tanganya dia belum rela melepaskan kekuasaanya pada orang lain termasuk pada sang menantu (daud)
Entah bisikan apa yang membisiki gendang telinga hatinya, dia ampang tersinggung dan marah acapkli ada pihak-pihak yang membicarakan tentang suksesinya dan masa depan kerajaanya, thalut benar-benar lupa diri. Bukankah sebelum diangkat menjadi raja dia miskin dan martabat sosialnya rendah? Bukankah pada saat itu dia tidak mendapat dukungan rakyat? Thalut lali marang awae dewe, ternyata maghligai kekuasaan telah merubah sifat, perangai, tindakan dan tutur katanaya. Kesalehan dan kesantunan sudah jauh dari pribadinya terlebih jika bicara tentang kekuasaan. Sebaliknya daud yang mendapat simpatik semakin tawadhu’, tak sedikitpun terpancar nafsu dalam dirinya untuk merebut kekuasaan dan menjadi pemimpin, simpatik rakyat terhadap daud bukan karena kampanye untuk mencari dukungan tetapi semua itu karena prilaku dan budhi yang mulia, melihat itu thalut memberikan reaksi yang nyata denagn memprsiapkan rencana untuk menyingkirkan daud, karna dia merasa daud adalah rifal dan akan merong-rong kekuasanya.
Thalut boleh punya rencana tapi, Alloh punya rencana lain. Semua rencana halut gagal total, justeru ini berimbas pada semakin kuatnya dukungan rakyat pada daud, diman nama daud sering digembar-gemborkan rakyatnya. Dari itu semua semakin menjadikan derasnya tuntutan masarakat gar suksesi kepemimpinan segera dilakukan, mendengar ini tekat thalut semakin kuat adn bulat untuk membunuh daud. Bahkan dalam catatan sejarah thalut mengerahkan 3000 tentaranya untuk mengejar daud.
Pendukung daud pun tak tinggal diam mendengar itu mereka marah dan mengusulkan agar thalut dibunuh, bagaimana respon daud, daud justru malah marah dan berkata ” saya punya kesempatan yang baik untuk berkhianat, dan saya mampu membunuhnya, tapi niat jahat itu tak sedikitpun tersirat dihatiku, inilah kain jubah yang saya gunting sebagai bukti kalau saya pernah ke tempat tahalut”.
Kenyataan itu sedikit menyadarkan thalut, bahwa daud menantunya lebih berakhlak dibandingkan dengan dirinya, tapi itu cuma sebentar, sesaatkemudian niat jahat itu muncul kembali untuk membunuh daud dan itu juga gagal. Bahkan sejarah mencatat untuk sekian kalinya daud punya kesempatan sama ketiak thalut sedang tidur sendiri tanpa penjagaan pada saat itu daud mengambil tombak dan tempat air di dekat kepala thalut. Hal tu sebuah bukti klau daud punya kesempatan untuk membunuh daud tetapi hal itu tidak dilakukan daud.
Setelah kegagalanya membunuh daud, kemudian datang menghampiri dirinya nasib mlang, dimana dia harus menghadapi langsung rakyatnya yang lebih mencintai daud, akhirnya sejarah mencatat torehan tinta emasyang pernah digunakan untuk mengukir kepahlawananya, telah luntur dimakan keserakahan dan ketamakan. Yang ada tahalut adalah orang yang tiran dan culas. Dan lengserlah tahlut. Adapun untuk akhir riwayat hidup thalut ada dua fersi ada yang mengatakn thalut menyerahkan kekuasaanya pada daud, dalam riwayat lain thalut terbunuh dalam usahaya untuk bertaubat.
Inilah sedikit cerita tentang kedahsyatan daya bius kekuasaan memporak-porandakan syaraf dan otak kita. Orang yang baik saja bisa berubah bila berkuasa. Apalagi bila kekuasaan itu diperoleh dengan jlan yang salah. Wallohu’alam.

1 komentar: